BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa
ini Negara kita seakan telah kehilangan optimisme dan lebih bersikap pesimistis
hal ini ditunjukan dengan dialog-dialog yang disiarkan melalui siaran televise
maupun radio yang berskala nasional dengan menyebut bahwasanya Indonesia
merupakan Negara salah urus, selain itu malah dijalanan ibukota Jakarta
terpampang sepanduk besar yang bertuliskan Negara outopired atau
Negara salah urus. Sikap seperti ini merupakan sebuah sikap pesimistis dan
menganggap bahwasanya Negara ini sulit untuk maju dan berkembang menyusul
Negara-negara lain yang telah maju dengan pesatnya seperti Negara tetangga kita
Malaysia yang terus melakukan pembangunan dan berjalan maju, padahal Negara
Indonesia dan Malaysia sama-sama satu rumpun yaitu Melayu, sama-sama
penduduknya mayoritas muslim, yang membedakan Negara Indonesia lebih kaya akan
Sumber Daya Alamnya.
Maju
tidaknya suatu bangsa tidak lepas dari sikap optimisme yang akan mendorong
manusia untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Jika
kita telisik kembali Negara yang tidak jauh dari kita Malaysia, Negara yang
terus berkembang, Negara yang berumpun Melayu, dan Negara yang berpenduduk
mayoritas muslim yang tentunya tidak berbeda dengan kita, yang menjadikan
ajaran agama Islam sebagai landasan untuk mengembangan spirit dan konstitusi
Negara, namun Malaysia lebih bersikap lebih optimis sehingga mereka dapat
terbang meninggalkan Indonesia.
Tentunya
dalam proses penumbuhan sikap-sikap optimisme ini tidak lepas dari penyadaran
dalam diri individu-individu yang terdapat dalam suatu Negara, dalam proses
penyadaran tidak lepas dari bagaimana orang tersebut memahami agama.
Sesungguhnya dalam agama-agama pasti mengajarkan kepada manusia untuk selalu
bersikap optimis bukan pesimis guna mencapai tujuan dan cita-cita yang telah
dirumuskan dan diinginkan. Tentunya dalam mencapai tujuan ini tidak hanya
sebatas sikap optimisme yang dibutuhkan akan tetapi juga kerja keras dan sikap
pantang menyerah dalam berusaha.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa hakikat optimisme ?
2. Bagaimana cara kita untuk dapat menumbuhkan
sikap optimisme ?
3. Bagaimana konsep optimisme dalam Islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui seperti apa hakikat optimisme.
2. Untuk mengetahui cara-cara untuk dapat menumbuhkan
sikap optimisme.
3. Untuk mengetahui konsep optimisme dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Optimisme
Manusia hidup didunia ini pastilah memiliki harapan,
tanpa adanya harapan manusia tidak memiliki arti sebagai manusia.Pendefinisian harapan
sering disamakan dengan definisi dari cita-cita. Padahal keduanya memiliki arti
yang berbeda dimana harapan merupakan keinginan yang belum terwujud.Sedangakan
cita-cita memiliki definisi sebagai keinginan yang ada dalam hati seseorang.
Cita-cita mungkin bisa tercapai atau tidak, agar cita-cita tersebut dapat
dikabulkan oleh Allah ada beberapa factor yang harus dipenuhi yaitu berdoa dan
berbakti kepada Allah serta bekerja keras. Dalam bekerja keras tentulah manusia
memerluka sikap optimisme sehingga termotivasi untuk mencapai harapan dan
cita-cita yang diinginkan.
Dilihat dari segi bahasa optimisme berasal
dari bahasa latin yaitu “Optima” yang berarti terbaik Menjadi optimis, dalam
arti khas kata, pada akhirnya berarti satu harapkan untuk mendapatkan hasil
terbaik dari situasi tertentu. Menurut Inggris Oxford Dictionary
mendefinisikan optimisme sebagai memiliki "harapan dan keyakinan tentang
masa depan atau hasil yang sukses dari sesuatu; Kecenderungan untuk mengambil
pandangan positif atau penuh harapan". Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia “optimis” adalah orang yg selalu berpengharapan (berpandangan)
baik dl menghadapi segala hal.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwasanya optimisme merupakan suatu sikap penuh dengan keyakinan yang tinggi
dalam mengahadapi permasalahan kehidupan didunia ini, dan dimasa depan akan
meraih kesuksesan yang telah dicita-citakan sebelumnya. Optimisme merupakan
sebuah sikap yang akan mendorong seorang individu untuk terus berusaha pantang
menyerah guna mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan, meskipun seberat
apapunproblematika yang dihadapi namun dengan adanya keteguhan dan sikap
optimisme akan menjadikan seseorang dapat menghadapinya dan mencari problem
solving.
Namun dalam bersikap optimis yang
berlebihan akan membawa sesorang kedalam kesombongan dan akan membawanya dalam
jurang kehancuran. Dengan demikian haruslah kita bersikap optimis dengan
mengimbanginya dengan usaha keras serta berserah diri kepada Allah SWT. Apabila
seorang hanya bersikap optimis tanpa diikuti oleh tindakan yang nyata dan kerja
keras tujuan yang diinginkan tidak akan tercapai, setelah bersikap optimis dan
bekerja keras haruslah kita tetap berserah diri kepada Allah SWT, karena hanya
ditangan Allah lah yang akan menetukan hasil kerja keras kita.
Dengan bersikap optimis dalam
mengahadapi persoalan kehidupan akan menjadikan seorang muslim lebih bersikap
bahagia, karena dapat mencapai apa yang telah dicita-citakan baik cita-cita
dunia maupun akherat. Selain hal tersebut menurut ahli yang telah melakukan
riset menyatakan bahwasanya orang yang bersikap optimis akan memiliki badan
yang sehat dan lebih panjang umur dari pada orang-orang yang bersikap
pesimistis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih
sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi.
B.
Langkah
Menumbuhkan Optimisme
Menumbuhkan sikap optimisme tidak mudah untuk
dilakukan tidak seperti menerima dan menghafal konsep-konsep optimisme. Dalam
menumbuhkan sikap ini tentunya memerlukan kiat ataupun langkah yang tidak mudah
untuk dilakukan. Namun kalau kita sudah bersikap pesimistis maka sikap
optimisme ini tidak akan dapat terealisasikan, bagaimana bisa merealisasikan
sikap optimisme dalam kehidupan kalau kita sudah bersikap pesimistis untuk
menumbuhkan atau merealisasikan sikap ini.
Pada dasarnya kita hidup di dunia
ini akan terus menghadapi permasalahan-permasalahan yang terus dating silih
berganti. Hal ini merupakan sebuah bukti tanda bahwasanya Allah cinta terhadap
makhluknya, karena dengan adanya cobaan-cobaan yang diberikan akan menjadikan
seorang muslim semakin teguh, kuat, menjadikan manusia dapat mengambil hikmah
dibalik permasalahan yang dihadapi, serta dapat meningkatkan keimanan diri
seseorang terhadap Allah SWT. Namun dalam mengahadapi permasalahan-permasalahan
ini manusia memerlukan benih-benih sikap kepercayaan akan adanya kemudahan,
kekuatan dan pertolongan Allah SWT sebagai pengatur setiap peristiwa di alam
ini.
Kepercayaan dalam menghadapi sebuah masalah yang
menghadang dalam pandangan Islam dikenal sebagai rasa tawakal. Semakin kuat
kepercayaan kita untuk dapat mengahadapi permasalahan yang menghadang, maka
akan mempertebal sikap tawakal, dan akhirnya rasa optimis dalam diri semakin
bertambah. Optimis memang berawal dari rasa tawakal kita. Rasa optimis haruslah
mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati. Untuk itulah jika
ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis dalam diri. Optimis
yang dihasilkan dari rasa tawakal inilah yang menjadikan Rasulullah SAW beserta
sahabat mampu memenangkan peperangan yang tercatat dalam sejarah dunia mulai
dari perang Badar hingga peperangan di masa kekhalifan Islam sampai
berabad-abad lamanya.
Ada beberapa
hal yang dapat meninkatkan rasa optimisme dalam diri, antara lain sebagai
berikut:
1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
2. Tata kembali target yang hendak kita capai.
3. Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat
dilihat keberhasilannya.
4. Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
5. Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6. Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan
memberi jalan keluar.
Keyakinan diri akan adanya kesuksesan akan memotivasi kita untuk
berbuat yang terbaik, bekerja keras, dan pantang menyerah. Guna menumbuhkan
keyakinan ini perlulah seseorang melihat jerih payah orang-orang yang telah
sukses pada saat ini. Dengan demikian secara tidak langsung akan membuat kita
“iri”, dimana kata “iri” ini bukan konotasi yang bermakna negative namun dengan
“iri” akan keberhasilan orang lain dalam hidupnya akan mendorong diri kita
untuk bersikap optimis, berusaha lebih giat, tekun, dan pantang menyerah dalam
mengahadapi problematika kehidupan yang bersifat duniawi maupun akhirat.
Semua keberhasilan berasal dari keyakinan bahwa kita bisa
melakukannya. Untuk selanjutnya perlu disusun planning yang matang dan usaha
yang maksimal dalam proses yang dilakukan untuk mencapai target atau tujuan
yang diinginkan. Sebagai contoh, dahulu karena Rasulullah dan para sahabat
yakin bisa merubah peradaban dengan peradaban Islam, meskipun dengan berbagai
kekurangan pada awalnya baik harta, pengikut, maupun sarana yang lain, tetapi
dengan keyakinan yang kuat dan usaha yang optimal, juga doa yang senantiasa
terpanjat, Islam bisa memegang peradaban.
C. Konsep Optimisme Dalam Islam
Dalam setiap Agama tentunya mengajarkan kepada umatnya untuk
berbuat yang terbaik didunia ini untuk dapat mencapai kebahagiaan dalam
kehidupan dunia dan akherat. Guna mencapai kebahagian dalam kehidupan didunia
dan akherat tidak lepas akan adanya sikap optimisme dalam bekerja maupun
beribadah, karena dengan adanya sikap optimisme dapat memotivasi dalam diri
manusia untuk dapat berbuat terbaik. Dalam islam dikenal dengan adanya konsep
tawakal, dimana tawakal merupakan optimisme dalam arti luas. Tawakal dapat
diartikan sebagai optimisme dalam arti yang luas karena optimisme dalam bahasa
aslinya bermakna positive-thinking atau harapan baik, sementara
dalam makna Islami selain mencakup makna tersebut juga melibatkan
keikutsertaan Allah SWT. Yaitu berbuat sebaik-baiknya lalu menyerahkan hasil
akhirnya kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT.
Islam menuntunkan kepada manusia untuk bersikap optimis dan tidak
bersikap pesimistis. Karena pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia
sebagai makhluk terbaik dan memerintahkanya untuk berusaha keras dan bersikap
optimisme baik dalam urusan dunia dan urusan akhirat, dengan adanya sikap
optimisme dapat menunjukan kadar keimanan seorang muslim terhadap Tuhanya.
Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam QS.Al-Imran ayat 139
sebagai berikut:
وَلا تَهِنُوا وَلا
تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)
Artinya: ”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimistis), dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling
Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Manusia diciptakan dan diturunkan dimuka bumi hanya untuk beriman
kepada Allah SWT salah satunya dapat ditunjukan dengan sikap optimisme dalam
mengahadapi problematika kehidupan untuk mencapai kebahagian didunia maupun di
akhirat. Rasulullah SAW jg telah menyuruh dan meminta umatnya untuk bersikap
optimis dan tidak bersikap pesimistis. Sebelum dan Setelah berusaha atau
berikhtiar umat muslim dituntut untuk berprasangka baik terhadap Allah SWT
dengan berpandangan bahwasanya setelah kita melakukan suatu usaha dengan keras
Allah SWT akan memberikan dan mengabulkan hasil yang terbaik buat kita,
disamping itu umat muslim diminta untuk selalu ingat kepada Tuhanya karena pada
dasarnya boleh kita berusaha sekeras mungkin dan hal ini malah dianjurkan dalam
agama Islam, namun semua itu kembali kepada Allah SWT, karena hanya ditangan
Allah lah yang menentukan hasil usaha keras kita. Sebagaimana tertera dalam
hadits shahih nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari:
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Allah
berfirman “Aku tergantung persangkaan hambaKu pada diri-Ku, dan Aku
bersamanya apabila ia mengingatKu “. (Shahih Bukhori, Hadits No. 6856)
Optimisme dalam konsep Islam menuntut kepada umat muslim untuk
terus berusaha dan dalam usahanya tidak lupa akan Tuhanya, karena pada dasarnya
setiap hasil usaha atau ikhtiar manusia itu berada di tangan Allah
SWT, dalam memberikan atau menentukan takdir manusia sesungguhnya
Allah memberikanya sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Sebagaimana tercantum dalam QS. at-Thalaq,65 ayat 3:
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ
لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ
بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ
اللَّهُ
لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)
Artinya: “dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.”
Dengan adanya konsep optimisme tersebut, haruslah umat islam
berbenah diri untuk lebih bersiakap optimisme dalam berusaha sehingga dapat
mencapai harapan dan cita-cita sebagai seorang muslim yaitu bahagia didunia
maupun diakhirat. Kita lihat pada saat ini umat islam masih berada di bawah
negara-negara barat dalam berbagai aspek kehidupan, untuk mengejarnya dan
menjadikan umat islam sebagai Khoiru Ummah dimuka bumi ini
perlulah adanya sikap optimisme dikalangan umat islam. Tanpa adanya sikap
optimisme dalam jiwa umat islam mustahil kita bisa mengejar ketertinggalan ini
dan imposible umat islam dapat menjadi Khoiru
Ummah yang sejati, yang dapat menguasai dunia baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi, social, dan aspek-aspek kehidupan yang lain.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan masuk Jannah,
orang-orang yang memiliki hati bagaikan burung.”
Dalam hadits yang
mulia ini, pemimpin kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan
tentang tingginya penghargaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap sikap tawakkal
(optimisme dalam arti luas), saya katakan optimisme dalam arti luas karena
optimisme dalam bahasa aslinya bermakna positive-thinking atau harapan baik,
sementara dalam makna Islami selain mencakup makna tersebut juga melibatkan
keikutsertaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu berbuat sebaik-baiknya lalu
menyerahkan hasil akhirnya kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Optimisme dalam Islam
adalah mencakup semua aspek kehidupan. Optimisme dalam ibadah artinya berusaha
melakukan ibadah sebaik-baiknya lalu menggantungkan harapan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan diterima, sebagaimana dalam ayat: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang jika disebut nama Allah maka
bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya maka bertambahlah
iman mereka dan hanya kepada rabb merekalah mereka itu bertawakkal.” (QS Al
Anfal, 8: 2)
Optimisme dalam
mencari nafkah, bekerja dan perniagaan adalah dengan berusaha keras
mengoptimalkan semua sumberdaya yang dimiliki lalu juga menyerahkan hasil
akhirnya kepada DZAT Yang Maha Agung lagi Maha Berkuasa, sebagaimana dalam
firman-Nya yang lain: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepadanya maka Ia
akan mencukupi (semua kebutuhan) mereka.: (QS Ath Thalaq, 65: 3).
Optimisme dalam rapat,
kerja-sama dalam sebuah tim dan dalam manajemen sebuah organisasi adalah dengan
melakukan curah-pendapat (brain-storming) yang optimal dengan segala sarana dan
prasaran yang dimiliki kemudian juga menyerahkan final-outputnya kepada Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Teliti, sebagaimana dalam ayat: “Dan apabila kalian
telah membulatkan tekad kalian maka bertawakkallah kepada Allah.” (QS Ali
Imran, 3: 159).
Dan optimisme dalam
kemiliteran, patriotisme serta bela negara yang Islami adalah dengan
mengoptimalkan seluruh strategi serta daya dukung yang dimiliki, kemudian
menyerahkan hasilnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana juga
disebutkan dalam ayat: “Yaitu orang-orang yang ketika dikatakan kepada mereka:
sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, maka
takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab; cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
pelindung.” (QS Ali Imran, 3: 173-174)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dilihat dari segi bahasa optimisme berasal dari bahasa latin yaitu
“Optima” yang berarti terbaik Menjadi optimis, dalam arti khas kata, pada
akhirnya berarti satu harapkan untuk mendapatkan hasil terbaik dari situasi
tertentu. Inggris Oxford Dictionary mendefinisikan optimisme sebagai memiliki
"harapan dan keyakinan tentang masa depan atau hasil yang sukses dari
sesuatu; Kecenderungan untuk mengambil pandangan positif atau penuh harapan".
Menumbuhkan sikap optimisme tidak mudah untuk dilakukan tidak
seperti menerima dan menghafal konsep-konsep optimisme. Dalam menumbuhkan sikap
ini tentunya memerlukan kiat ataupun langkah yang tidak mudah untuk dilakukan.
Adapun beberapa langkah untuk dapat menumbuhkan sikap optimesme dalam diri
seorang individu yaitu:
1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di
masa lalu.
2. Tata kembali target yang hendak kita capai.
3. Pecah target besar menjadi target-target kecil yang
segera dapat dilihat keberhasilannya.
4. Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan
ikhtiar.
5. Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6. Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan
selalu menolong dan memberi jalan keluar.
Adanya konsep optimisme tersebut, haruslah umat islam berbenah
diri untuk lebih bersiakap optimisme dalam berusaha sehingga dapat mencapai
harapan dan cita-cita sebagai seorang muslim yaitu bahagia didunia maupun
diakhirat. Kita lihat pada saat ini umat islam masih berada di bawah
negara-negara barat dalam berbagai aspek kehidupan, untuk mengejarnya dan
menjadikan umat islam sebagai Khoiru Ummah dimuka bumi ini perlulah adanya
sikap optimisme dikalangan umat islam.
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Widagdho, dkk.1988.Ilmu Budaya Dasar.Semarang:Bumi
Aksara.
Rohiman Notowidagdo.1997.Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
http://www.kotasantri.com (diakses pada 10/4/2012 pukul 18.15)