Laman

Rabu, 10 April 2013

MANUSIA DAN OPTIMISME Makalah Ilmu Budaya Dasar



                                                                             BAB I

        PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

                  Dewasa ini Negara kita seakan telah kehilangan optimisme dan lebih bersikap pesimistis hal ini ditunjukan dengan dialog-dialog yang disiarkan melalui siaran televise maupun radio yang berskala nasional dengan menyebut bahwasanya Indonesia merupakan Negara salah urus, selain itu malah dijalanan ibukota Jakarta terpampang sepanduk besar yang bertuliskan Negara outopired atau Negara salah urus. Sikap seperti ini merupakan sebuah sikap pesimistis dan menganggap bahwasanya Negara ini sulit untuk maju dan berkembang menyusul Negara-negara lain yang telah maju dengan pesatnya seperti Negara tetangga kita Malaysia yang terus melakukan pembangunan dan berjalan maju, padahal Negara Indonesia dan Malaysia sama-sama satu rumpun yaitu Melayu, sama-sama penduduknya mayoritas muslim, yang membedakan Negara Indonesia lebih kaya akan Sumber Daya Alamnya.
                  Maju tidaknya suatu bangsa tidak lepas dari sikap optimisme yang akan mendorong manusia untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Jika kita telisik kembali Negara yang tidak jauh dari kita Malaysia, Negara yang terus berkembang, Negara yang berumpun Melayu, dan Negara yang berpenduduk mayoritas muslim yang tentunya tidak berbeda dengan kita, yang menjadikan ajaran agama Islam sebagai landasan untuk mengembangan spirit dan konstitusi Negara, namun Malaysia lebih bersikap lebih optimis sehingga mereka dapat terbang meninggalkan Indonesia.
                  Tentunya dalam proses penumbuhan sikap-sikap optimisme ini tidak lepas dari penyadaran dalam diri individu-individu yang terdapat dalam suatu Negara, dalam proses penyadaran tidak lepas dari bagaimana orang tersebut memahami agama. Sesungguhnya dalam agama-agama pasti mengajarkan kepada manusia untuk selalu bersikap optimis bukan pesimis guna mencapai tujuan dan cita-cita yang telah dirumuskan dan diinginkan. Tentunya dalam mencapai tujuan ini tidak hanya sebatas sikap optimisme yang dibutuhkan akan tetapi juga kerja keras dan sikap pantang menyerah dalam berusaha.

B.     Rumusan Masalah
1.      Seperti apa  hakikat optimisme ?
2.      Bagaimana cara kita untuk dapat menumbuhkan sikap optimisme ?
3.      Bagaimana konsep optimisme dalam Islam ?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui seperti apa hakikat optimisme.
2.      Untuk mengetahui cara-cara untuk dapat menumbuhkan sikap optimisme.
3.      Untuk mengetahui konsep optimisme dalam Islam.




BAB II
PEMBAHASAN

A.        Hakikat Optimisme

  Manusia hidup didunia ini pastilah memiliki harapan, tanpa adanya harapan manusia tidak memiliki arti sebagai manusia.Pendefinisian harapan sering disamakan dengan definisi dari cita-cita. Padahal keduanya memiliki arti yang berbeda dimana harapan merupakan keinginan yang belum terwujud.Sedangakan cita-cita memiliki definisi sebagai keinginan yang ada dalam hati seseorang. Cita-cita mungkin bisa tercapai atau tidak, agar cita-cita tersebut dapat dikabulkan oleh Allah ada beberapa factor yang harus dipenuhi yaitu berdoa dan berbakti kepada Allah serta bekerja keras. Dalam bekerja keras tentulah manusia memerluka sikap optimisme sehingga termotivasi untuk mencapai harapan dan cita-cita yang diinginkan.
    Dilihat dari segi bahasa optimisme berasal dari bahasa latin yaitu “Optima” yang berarti terbaik Menjadi optimis, dalam arti khas kata, pada akhirnya berarti satu harapkan untuk mendapatkan hasil terbaik dari situasi tertentu. Menurut  Inggris Oxford Dictionary mendefinisikan optimisme sebagai memiliki "harapan dan keyakinan tentang masa depan atau hasil yang sukses dari sesuatu; Kecenderungan untuk mengambil pandangan positif atau penuh harapan". Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “optimis” adalah orang yg selalu berpengharapan (berpandangan) baik dl menghadapi segala hal.
    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya optimisme merupakan suatu sikap penuh dengan keyakinan yang tinggi dalam mengahadapi permasalahan kehidupan didunia ini, dan dimasa depan akan meraih kesuksesan yang telah dicita-citakan sebelumnya. Optimisme merupakan sebuah sikap yang akan mendorong seorang individu untuk terus berusaha pantang menyerah guna mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan, meskipun seberat apapunproblematika yang dihadapi namun dengan adanya keteguhan dan sikap optimisme akan menjadikan seseorang dapat menghadapinya dan mencari problem solving.
     Namun dalam bersikap optimis yang berlebihan akan membawa sesorang kedalam kesombongan dan akan membawanya dalam jurang kehancuran. Dengan demikian haruslah kita bersikap optimis dengan mengimbanginya dengan usaha keras serta berserah diri kepada Allah SWT. Apabila seorang hanya bersikap optimis tanpa diikuti oleh tindakan yang nyata dan kerja keras tujuan yang diinginkan tidak akan tercapai, setelah bersikap optimis dan bekerja keras haruslah kita tetap berserah diri kepada Allah SWT, karena hanya ditangan Allah lah yang akan menetukan hasil kerja keras kita.
     Dengan bersikap optimis dalam mengahadapi persoalan kehidupan akan menjadikan seorang muslim lebih bersikap bahagia, karena dapat mencapai apa yang telah dicita-citakan baik cita-cita dunia maupun akherat. Selain hal tersebut menurut ahli yang telah melakukan riset menyatakan bahwasanya orang yang bersikap optimis akan memiliki badan yang sehat dan lebih panjang umur dari pada orang-orang yang bersikap pesimistis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi.




B.     Langkah Menumbuhkan Optimisme

   Menumbuhkan sikap optimisme tidak mudah untuk dilakukan tidak seperti menerima dan menghafal konsep-konsep optimisme. Dalam menumbuhkan sikap ini tentunya memerlukan kiat ataupun langkah yang tidak mudah untuk dilakukan. Namun kalau kita sudah bersikap pesimistis maka sikap optimisme ini tidak akan dapat terealisasikan, bagaimana bisa merealisasikan sikap optimisme dalam kehidupan kalau kita sudah bersikap pesimistis untuk menumbuhkan atau merealisasikan sikap ini.
     Pada dasarnya kita hidup di dunia ini akan terus menghadapi permasalahan-permasalahan yang terus dating silih berganti. Hal ini merupakan sebuah bukti tanda bahwasanya Allah cinta terhadap makhluknya, karena dengan adanya cobaan-cobaan yang diberikan akan menjadikan seorang muslim semakin teguh, kuat, menjadikan manusia dapat mengambil hikmah dibalik permasalahan yang dihadapi, serta dapat meningkatkan keimanan diri seseorang terhadap Allah SWT. Namun dalam mengahadapi permasalahan-permasalahan ini manusia memerlukan benih-benih sikap kepercayaan akan adanya kemudahan, kekuatan dan pertolongan Allah SWT sebagai pengatur setiap peristiwa di alam ini.
   Kepercayaan dalam menghadapi sebuah masalah yang menghadang dalam pandangan Islam dikenal sebagai rasa tawakal. Semakin kuat kepercayaan kita untuk dapat mengahadapi permasalahan yang menghadang, maka akan mempertebal sikap tawakal, dan akhirnya rasa optimis dalam diri semakin bertambah. Optimis memang berawal dari rasa tawakal kita. Rasa optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati. Untuk itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis dalam diri. Optimis yang dihasilkan dari rasa tawakal inilah yang menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat mampu memenangkan peperangan yang tercatat dalam sejarah dunia mulai dari perang Badar hingga peperangan di masa kekhalifan Islam sampai berabad-abad lamanya.

      Ada beberapa hal yang dapat meninkatkan rasa optimisme dalam diri, antara lain sebagai berikut:
1.      Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
2.      Tata kembali target yang hendak kita capai.
3.      Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat dilihat     keberhasilannya.
4.      Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
5.      Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6.      Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan memberi jalan keluar.

Keyakinan diri akan adanya kesuksesan akan memotivasi kita untuk berbuat yang terbaik, bekerja keras, dan pantang menyerah. Guna menumbuhkan keyakinan ini perlulah seseorang melihat jerih payah orang-orang yang telah sukses pada saat ini. Dengan demikian secara tidak langsung akan membuat kita “iri”, dimana kata “iri” ini bukan konotasi yang bermakna negative namun dengan “iri” akan keberhasilan orang lain dalam hidupnya akan mendorong diri kita untuk bersikap optimis, berusaha lebih giat, tekun, dan pantang menyerah dalam mengahadapi problematika kehidupan yang bersifat duniawi maupun akhirat.
Semua keberhasilan berasal dari keyakinan bahwa kita bisa melakukannya. Untuk selanjutnya perlu disusun planning yang matang dan usaha yang maksimal dalam proses yang dilakukan untuk mencapai target atau tujuan yang diinginkan. Sebagai contoh, dahulu karena Rasulullah dan para sahabat yakin bisa merubah peradaban dengan peradaban Islam, meskipun dengan berbagai kekurangan pada awalnya baik harta, pengikut, maupun sarana yang lain, tetapi dengan keyakinan yang kuat dan usaha yang optimal, juga doa yang senantiasa terpanjat, Islam bisa memegang peradaban.



C.     Konsep Optimisme Dalam Islam


Dalam setiap Agama tentunya mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat yang terbaik didunia ini untuk dapat mencapai kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akherat. Guna mencapai kebahagian dalam kehidupan didunia dan akherat tidak lepas akan adanya sikap optimisme dalam bekerja maupun beribadah, karena dengan adanya sikap optimisme dapat memotivasi dalam diri manusia untuk dapat berbuat terbaik. Dalam islam dikenal dengan adanya konsep tawakal, dimana tawakal merupakan optimisme dalam arti luas. Tawakal dapat diartikan sebagai optimisme dalam arti yang luas karena optimisme dalam bahasa aslinya bermakna positive-thinking atau harapan baik, sementara dalam makna Islami selain mencakup makna tersebut juga melibatkan keikutsertaan Allah SWT. Yaitu berbuat sebaik-baiknya lalu menyerahkan hasil akhirnya kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT.
Islam menuntunkan kepada manusia untuk bersikap optimis dan tidak bersikap pesimistis. Karena pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk terbaik dan memerintahkanya untuk berusaha keras dan bersikap optimisme baik dalam urusan dunia dan urusan akhirat, dengan adanya sikap optimisme dapat menunjukan kadar keimanan seorang muslim terhadap Tuhanya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam QS.Al-Imran ayat 139 sebagai berikut:

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)

Artinya: ”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimistis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Manusia diciptakan dan diturunkan dimuka bumi hanya untuk beriman kepada Allah SWT salah satunya dapat ditunjukan dengan sikap optimisme dalam mengahadapi problematika kehidupan untuk mencapai kebahagian didunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW jg telah menyuruh dan meminta umatnya untuk bersikap optimis dan tidak bersikap pesimistis. Sebelum dan Setelah berusaha atau berikhtiar umat muslim dituntut untuk berprasangka baik terhadap Allah SWT dengan berpandangan bahwasanya setelah kita melakukan suatu usaha dengan keras Allah SWT akan memberikan dan mengabulkan hasil yang terbaik buat kita, disamping itu umat muslim diminta untuk selalu ingat kepada Tuhanya karena pada dasarnya boleh kita berusaha sekeras mungkin dan hal ini malah dianjurkan dalam agama Islam, namun semua itu kembali kepada Allah SWT, karena hanya ditangan Allah lah yang menentukan hasil usaha keras kita. Sebagaimana tertera dalam hadits shahih nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari:
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Allah berfirman “Aku tergantung persangkaan hambaKu pada diri-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia mengingatKu “. (Shahih Bukhori, Hadits No. 6856)
Optimisme dalam konsep Islam menuntut kepada umat muslim untuk terus berusaha dan dalam usahanya tidak lupa akan Tuhanya, karena pada dasarnya setiap hasil usaha atau ikhtiar manusia itu berada di tangan Allah SWT,  dalam memberikan atau menentukan takdir manusia sesungguhnya Allah memberikanya sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Sebagaimana tercantum dalam QS. at-Thalaq,65 ayat 3:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ
 اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)
Artinya: “dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Dengan adanya konsep optimisme tersebut, haruslah umat islam berbenah diri untuk lebih bersiakap optimisme dalam berusaha sehingga dapat mencapai harapan dan cita-cita sebagai seorang muslim yaitu bahagia didunia maupun diakhirat. Kita lihat pada saat ini umat islam masih berada di bawah negara-negara barat dalam berbagai aspek kehidupan, untuk mengejarnya dan menjadikan umat islam sebagai Khoiru Ummah dimuka bumi ini perlulah adanya sikap optimisme dikalangan umat islam. Tanpa adanya sikap optimisme dalam jiwa umat islam mustahil kita bisa mengejar ketertinggalan ini dan imposible umat islam dapat menjadi Khoiru Ummah yang sejati, yang dapat menguasai dunia baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, social, dan aspek-aspek kehidupan yang lain.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan masuk Jannah, orang-orang yang memiliki hati bagaikan burung.”
Dalam hadits yang mulia ini, pemimpin kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan tentang tingginya penghargaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap sikap tawakkal (optimisme dalam arti luas), saya katakan optimisme dalam arti luas karena optimisme dalam bahasa aslinya bermakna positive-thinking atau harapan baik, sementara dalam makna Islami selain mencakup makna tersebut juga melibatkan keikutsertaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu berbuat sebaik-baiknya lalu menyerahkan hasil akhirnya kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Optimisme dalam Islam adalah mencakup semua aspek kehidupan. Optimisme dalam ibadah artinya berusaha melakukan ibadah sebaik-baiknya lalu menggantungkan harapan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan diterima, sebagaimana dalam ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang jika disebut nama Allah maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatnya maka bertambahlah iman mereka dan hanya kepada rabb merekalah mereka itu bertawakkal.” (QS Al Anfal, 8: 2)
Optimisme dalam mencari nafkah, bekerja dan perniagaan adalah dengan berusaha keras mengoptimalkan semua sumberdaya yang dimiliki lalu juga menyerahkan hasil akhirnya kepada DZAT Yang Maha Agung lagi Maha Berkuasa, sebagaimana dalam firman-Nya  yang lain: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepadanya maka Ia akan mencukupi (semua kebutuhan) mereka.: (QS Ath Thalaq, 65: 3).
Optimisme dalam rapat, kerja-sama dalam sebuah tim dan dalam manajemen sebuah organisasi adalah dengan melakukan curah-pendapat (brain-storming) yang optimal dengan segala sarana dan prasaran yang dimiliki kemudian juga menyerahkan final-outputnya kepada Yang Maha Mengetahui lagi Maha Teliti, sebagaimana dalam ayat: “Dan apabila kalian telah membulatkan tekad kalian maka bertawakkallah kepada Allah.” (QS Ali Imran, 3: 159).
Dan optimisme dalam kemiliteran, patriotisme serta bela negara yang Islami adalah dengan mengoptimalkan seluruh strategi serta daya dukung yang dimiliki, kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana juga disebutkan dalam ayat: “Yaitu orang-orang yang ketika dikatakan kepada mereka: sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, maka takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab; cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.” (QS Ali Imran, 3: 173-174)




BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
           
Dilihat dari segi bahasa optimisme berasal dari bahasa latin yaitu “Optima” yang berarti terbaik Menjadi optimis, dalam arti khas kata, pada akhirnya berarti satu harapkan untuk mendapatkan hasil terbaik dari situasi tertentu. Inggris Oxford Dictionary mendefinisikan optimisme sebagai memiliki "harapan dan keyakinan tentang masa depan atau hasil yang sukses dari sesuatu; Kecenderungan untuk mengambil pandangan positif atau penuh harapan".
Menumbuhkan sikap optimisme tidak mudah untuk dilakukan tidak seperti menerima dan menghafal konsep-konsep optimisme. Dalam menumbuhkan sikap ini tentunya memerlukan kiat ataupun langkah yang tidak mudah untuk dilakukan. Adapun beberapa langkah untuk dapat menumbuhkan sikap optimesme dalam diri seorang individu yaitu:
1.         Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
2.         Tata kembali target yang hendak kita capai.
3.         Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat dilihat     keberhasilannya.
4.         Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
5.         Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6.         Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan memberi jalan keluar.
Adanya konsep optimisme tersebut, haruslah umat islam berbenah diri untuk lebih bersiakap optimisme dalam berusaha sehingga dapat mencapai harapan dan cita-cita sebagai seorang muslim yaitu bahagia didunia maupun diakhirat. Kita lihat pada saat ini umat islam masih berada di bawah negara-negara barat dalam berbagai aspek kehidupan, untuk mengejarnya dan menjadikan umat islam sebagai Khoiru Ummah dimuka bumi ini perlulah adanya sikap optimisme dikalangan umat islam.



DAFTAR PUSTAKA

Djoko Widagdho, dkk.1988.Ilmu Budaya Dasar.Semarang:Bumi Aksara.

Rohiman Notowidagdo.1997.Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
http://www.kholisemar.blogspot.com (diakses pada 8/4/2012 pukul 19.30)
http://www.kotasantri.com (diakses pada 10/4/2012 pukul 18.15)